Jumat Curhat dan Syukur Panen di Bukit Wudur, Desa Borik: Warga Panjatkan Syukur dan Giatkan Ketahanan Pangan
Tribratanewsmanggarai.com -
Satarmese Barat, Jumat 01 Agustus 2025 – Bertempat di Bukit Wudur, Lingko Wudur, Dusun Kalo, Desa Borik, Kecamatan Satarmese Barat, telah dilaksanakan kegiatan Jumat Curhat yang dirangkai dengan acara adat “Kawo Demak Kaba”, yaitu ritual syukur panen sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta dan para leluhur atas hasil panen jagung, kacang tanah, dan kacang merah yang melimpah.
Kegiatan ini dilaksanakan atas kesepakatan bersama warga, sebagai wujud kesadaran kolektif terhadap potensi Bukit Wudur yang memiliki luas sekitar ±30 hektare. Bukit ini sebelumnya merupakan lahan tidur, namun sejak 20 Desember 2024 mulai dikelola secara aktif oleh masyarakat Lingko Wudur untuk ditanami berbagai jenis tanaman produktif.
Tanaman yang dibudidayakan meliputi tanaman berumur pendek seperti jagung, padi ladang (beras merah), kacang hijau, kacang merah, ubi jalar, kastela, dan singkong. Selain itu, warga juga memulai penanaman tanaman berumur panjang seperti kakao, dengan rencana total penanaman sebanyak 8.000 anakan pada tahun 2025. Dalam kurun waktu dua tahun ke depan, ditargetkan penanaman hingga 24.000 anakan kakao dengan jarak tanam ±4 meter untuk menghijaukan seluruh bukit.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolsek Satarmese Barat yang turut hadir menyampaikan apresiasi atas undangan dan peran aktif warga dalam menjaga ketahanan pangan lokal. Beliau juga memberikan motivasi kepada seluruh peserta, dengan menyoroti salah satu tokoh masyarakat yang juga mantan Kepala Desa, yang berhasil mengelola lahan pribadinya untuk menanam kacang hijau dan kacang merah.
Hasil panen dari lahan tersebut mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 24.000.000, menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan lahan secara produktif mampu meningkatkan kesejahteraan warga sekaligus menjaga kemandirian ekonomi desa.
Acara berlangsung dengan penuh kekeluargaan, semangat gotong royong, dan suasana religius yang sarat makna budaya, menjadi refleksi harmonis antara kearifan lokal dan upaya membangun ketahanan pangan berkelanjutan di wilayah Manggarai Barat.(KS)