KISAH INSPIRATIF AIPDA SYAMSUDIN, POLISI HUMANIS HARAPAN MASYARAKAT
tribratanewsmanggarai
Ruteng, 5 November 2025 — Di balik seragam cokelat dan tugas berat menjaga keamanan, tersimpan kisah luar biasa tentang pengabdian dan kemanusiaan. Sosok itu adalah Aipda Syamsudin, anggota Polres Manggarai yang dikenal bukan hanya karena dedikasinya sebagai polisi, tetapi juga karena ketulusan hatinya memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak kurang mampu.
Awal Kehidupan yang Penuh Perjuangan
Lahir di Dompu, Nusa Tenggara Barat, pada 6 Juli 1983, Syamsudin tumbuh dari keluarga sederhana. Ayahnya, almarhum Muhammad Yakub, seorang petani, dan ibunya, Siti Maryam, seorang ibu rumah tangga. Kehilangan sang ayah saat masih duduk di bangku SMA membuat Syamsudin harus berjuang keras — bersekolah sambil bekerja demi biaya hidup.
Dari pengalaman pahit itu, tumbuh keyakinan kuat dalam dirinya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasib, terutama bagi anak-anak yang lahir dalam keterbatasan.
Pengabdian sebagai Polisi
Sejak lulus dari Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda NTT pada tahun 2004, Syamsudin mengabdi di berbagai fungsi kepolisian: mulai dari Samapta, Intelijen, KP3 Udara, hingga kini bertugas di Bagian Operasional (Bag Ops) Polres Manggarai.
Selama 21 tahun masa pengabdian, ia dikenal sebagai sosok yang disiplin, rendah hati, dan tidak pernah tercatat melakukan pelanggaran. Namun di balik tugas resminya sebagai aparat penegak hukum, Syamsudin memendam cita-cita besar — membangun sekolah bagi anak-anak yang tak mampu melanjutkan pendidikan.
Lahirnya Madrasah Deen Assalam
Berbekal gaji pas-pasan, pada tahun 2019 Syamsudin memberanikan diri mengambil kredit bank untuk mewujudkan mimpinya. Bersama sang istri, Rini Mulyasari, S.Kom, ia membangun RA/TK Deen Assalam di Cuncalawar, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.
Dua tahun pertama menjadi masa penuh perjuangan — seluruh biaya operasional ditanggung dari kantong pribadi. Namun tekad Syamsudin tak surut. Melihat para lulusan TK yang tak mampu melanjutkan ke SD, ia kembali mengambil kredit pada tahun 2021 untuk mendirikan SD/MI Deen Assalam.
Kini, sekolah tersebut menampung 60 siswa tingkat TK/RA dan 35 siswa tingkat SD/MI, dengan program gratis bagi anak yatim piatu dan siswa dari keluarga tidak mampu.
Madrasah Deen Assalam yang semula berdiri dari ruang belajar sederhana kini telah memiliki izin operasional resmi dari Kementerian Agama dan menjadi simbol nyata dari ketulusan seorang polisi yang peduli terhadap masa depan generasi bangsa.
Perjuangan dan Pengakuan
Perjalanan panjang itu tentu tak mudah. Dari keterbatasan dana, kekurangan guru, hingga kebutuhan pembangunan yang terus meningkat, semua dijalani dengan doa dan ketulusan. Perlahan, berbagai pihak mulai memberikan dukungan, termasuk dari pimpinan Polres Manggarai.
Atas dedikasinya, Aipda Syamsudin menerima Piagam Penghargaan dari Kapolda NTT dan Kapolres Manggarai, serta menjadi nominasi Hoegeng Awards 2024, penghargaan nasional bergengsi bagi polisi-polisi inspiratif di Indonesia.
Pelita Harapan untuk Generasi Bangsa
Bagi Syamsudin, sekolah bukan sekadar tempat belajar membaca dan menulis. Ia ingin para siswanya belajar bersyukur, mencintai alam, dan menumbuhkan empati terhadap sesama.
Selain mengurus sekolah, ia juga aktif menyisihkan sebagian penghasilannya untuk mendukung pondok pesantren dan membantu warga kurang mampu di sekitar tempat tinggalnya.
Kisah hidup Aipda Syamsudin adalah cerminan nyata semangat “Polisi Humanis, Harapan Masyarakat” — bahwa di tengah keterbatasan, masih ada insan Bhayangkara yang menjadikan pengabdian sebagai jalan menuju keberkahan.
Melalui perjuangannya, ia membuktikan bahwa niat tulus dan kerja keras mampu menyalakan cahaya harapan bagi masa depan generasi bangsa, untuk menjadi humanis dan baik tidak mesti karena kedudukan , menjadi baik dan jujur adalah niat yang tulus yang diujudkan kerja nyata inilah sosok AIPDA SYAMSUDIN , polisi yang menjadi harapan masyarakat,harapan anak- anak yatim piatu untuk meraih mimpi dan cita-citanya(SN)..
HUMAS MANGGARAI


